Minggu, Mei 10, 2009

Agama Yess, Tuhan No



Melihat Fenomena diatas tidak seditkit juga dari mereka lebih extreme, lebih memilih atheis karena bagi mereka agama hanya menjadi penghalang hidup saja (kalau kata Karl Mark hanya sebagai candu) apalagi banyak ritual yang harus dikerjakan, belum ketentuan-ketentuan yang menribetkan, kalau Islam harus sholat lima waktu yang bikin melelahkan dan mengganggu aktivitas, orang Kristen harus pergi ke Gereja setiap minggu, yang mungkin lebih baik dipakai untuk bersenang-senang dengan keluarga, menghabiskan waktu ke tempat wisata daripada wisata ke tempat ibadah yang hanya bikin ngantuk dan membosankan, sama dengan agama-agama lain yang memiliki ritual yang harus dikerjakan oleh umatnya.

Tapi budaya seperti ini belum banyak terjadi di Negara kita, meskipun banyak penganutnya tapi kebanyakan dari mereka ga ada yang berani mengangkat identitas mereka sebaga manusia tidak ber-Tuhan karena mungkin ketakutan akan ditinggalkan oleh komunitasnya atau lebih tragis lagi ditinggalkan oleh keluarganya, bahkan boro-boro menganut kaum atheis untuk pindah agama dari satu agama ke agama lain saja sudah mendapatkan konsekwensi yang berat yaitu diasingkan oleh komunitasnya, saya yakin bukan berarti ga ada orang-orang penganut atheis ini tapi mereka masih takut dengan keyakinannya kemudian mereka berselubung ke dalam identitas-identitas agama yang mereka pilih.

Padahal menurut hematku, ketika kita masuk dalam komunitas apapun, pasti ada aturan dan konsekwensi yang berlaku di komunitas tersebut, ketika kita masuk ke sekolah A atau kampu A, maka ada aturan main yang harus diikuti oleh siapapun yang masuk ke komunits tersebut, kalau tidak mau mengikuti aturan tersebut ya ngapain juga kita masuk ke dalamnya, begitu juga dalam beragama, ketika kita masuk ke dalam satu agama berarti ada satu aturan main yang harus diikuti oleh penganutnya, ketika masuk aga Islam tentunya konsekwensinya harus melaksanakan apa yang di syariahkan oleh Islam begitu juga dalam agama yang lain, ga bisa kita masuk ke satu agama tapi ga mau ikutin aturannya, ga bisa juga kan kita masuk ka satu kampus terus aturan di kampus itu yang yang atur sendiri.

Tapi masalah kemudian, banyak orang-orang yang masuk ke dalam agama tersebut karena faktor keturunan, menjadi Kristen karena orang tuanya Kristen, menjadi budha karena orang tuanya budha, begitu juga menjadi seorang muslim karena orang tuanya muslim, dari kecil sudah dijejel pengetahun agama yang tidak tahu apa-apa, dari sejak lahir sudah diperkenalkan dengan agama yang belum tentu bisa diterima oleh dirinya sendiri, apakah harus menerima aturan main yang ada, kan ga masuk sendiri tapi dimasukkan.
Ayo gimana donk???apakah orang tuanya yang salah?atau kitanya yang ga mikir??simpulkan sendiri

Dan pertanyaan berikutnya pentingkah kita beragama tanpa ber Tuhan? Atau ber tuhan tanpa beragama? Atau harus kedua-duanya atau bahkan tidak dua-dunya??pilih sendiri


Kenapa masih banyak orang-orang yang beragama tapi mereka itu tidak ber-Tuhan, apakah Agama lebih penting dari Tuhan???
Fenomena ini sering terjadi di banyak kota-kota di dunia khususnya di ibu kota karena mungkin di ibu kota ini lebih banyak orang menghabiskan waktu dengan urusan keduniawian daripada urusan keakhiratan, jadi bertuhan itu tidak perlu, banyak orang yang beragama hanya sebagai kedok belaka atau bahasa sekarang agama KTP saja, daripada tidak diakui sebagai warga Negara yang harus memiliki keprcayaan dan beragama makanya lebih baik memilih agama apa saja untuk dipampang di KTP. Mungkin lebih tepatnya Agama yess, Tuhan NO.
Apakah anda termasuk golongan ini?

Tidak ada komentar: